Aku paham betul
sakitnya sebuah pengharapan dan dijadikan nomor ke sekian-sekian oleh seseorang
yang kau nomor satukan. Aku teramat mengerti sedihya mencintai secara
sembunyi-sembunyi kepada seseorang yang mencintai orang lain secara
terang-terangan. Aku sangat mengenal betul arti sebuah kata tunggu saat
seseorang yang ku cintai menaruh pengharapan besar pada hati selain aku. Aku akrab
betul dengan ungkapan sabar tatkala seseorang yang kau kasihi mempermainkan
kesabaranku.
Aku gila, gila pada
sorot matamu yang nyatanya tak lagi pernah menatap ke arahku. Bunuh saja, aku
telah terbiasa dengan kematian yang tak mematikan ragaku. Hantam sejadi-jadinya
jika itu menjadi suatu kebahagiaan untukmu. Iblis dikepalaku hanya akan berkata
; Aku mencintaimu yang membunuhku tanpa mengenal waktu. Terserah tentang
luka-luka yang telah kau semai, tak peduli tentang untung rugi yang kini ku
tuai. Sudahkah kau mengerti segala kegilaan cinta yang dilakukan oleh seseorang
yang waras..? naiklah biang lala itu, aku kan tetap mencintaimu tanpa mengenal
kata lelah.
Yang ku tau, bahagia
itu sederhana, sesederhana menemukanmu dan mencintaimu. Namun rasa sakit tak
pernah sederhana, sesederhana kau pergi dan menemukan kebahagiaan baru.
Namun kini perihal
cinta mencintai, kau adalah kata yang kurangkai namun tak mampu tuk ku baca,
puisi yang indah namun lirih tuk terngiang, bait-bait sajak yang termasyur
namun hilang tertelan masa. Jika harus terungkap, mungkin kau tak paham tentang
getir yang terpapar, memujamu hari-hari hanya tuk dihambakan, mencintaimu waktu
ke waktu hanya tuk di asingkan. Kini esok dan seterusnya, cintaku berujud buram,
tersimpan hanya untuk kau diamkan, bersemi hanya untuk merelakan.
Malang, 16 Mei 2017
M.S Yunus